Amanah dan popularitas merupakan dua kata yang memiliki makna sangat
berbeda. Terkadang tak semua mengerti akan korelasi dari dua kata tersebut. Butuh
kajian dan pemahaman akan makna sebuah amanah agar tak terlena dengan
popularitas. Yaahh...terkadang banyak kader dakwah yang mejadikan amanah
sebagai wahana mencapai sebuah popularitas. Amanah bukan lagi diperoleh dari
hasil keputusan bersama atau dari kualitas yg dimiliki kader. Namun amanah
cenderung menjadi bahan “request” untuk memperoleh kedudukan tertentu dan
mengabaikan kualitas serta kapabilitas diri. Ironis memang, hal ini terjadi
bukan tanpa sebab, hanya saja cara memandang dan memaknai akan sebuah amanah
yang mulai keliru. Amanah bahkan menjadi wahana mengukuhkan diri sebagai orang
yang memiliki kedudukan di sebuah penjenjangan atau menjadi wasilah mempopulerkan diri di sebuah organisasi
tertentu.
Tak selayaknya seseorang yg mengaku sebagai kader dakwah menomorsatukan
popularitas dibandingkan dg tugas yg diemban. Sungguh sangat disayangkan ketika
“meminta” sebuah amanah karena ingin memperoleh pengakuan bahwa dirinya adalah
orang pantas dg amanah tersebut atau bahkan telah melewati proses penjenjangan
kader sehingga layak untuk memperoleh kedudukan yg lebih tinggi.
Mungkin perlu
merefresh sejenak akan sebuah kisah sahabat Khalid bin Walid yg merupakan
seorang paglima perang yg sangat handal namun ketika masa pemerintahan kholifah
Umar bin Khattab ia digantikan oleh sahabat yg lain. Luar biasanya beliau tetap
melakukan yg terbaik, “legowo” dengan keputusan Amirul Mukminin dan tak meminta
amanah kembali walaupun semua sahabat tahu akan kredibilitas sang mantan
panglima. Kereeennn.
Ahh..tak perlu lah “mecekoki” dg dalil-dalil tentang amanah
karena seorang kader dakwah sudah sangat paham bagaimana seharusnya melaksanakan
tugas dan amanah sebagai seorang penyeru dan penebar kebaikan. Wallahu a’lam
bisshowab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar